Wednesday, December 10, 2008

A story of a student named Intha

Seingat saya Intha anak yang pemalu ketika pertama masuk Sekolah. Tapi ternyata hal itu sangat bertolak belakang dengan kepribadiannya yang meledak-ledak. Waktu di awal masuk sering sekali jadi sasaran pembicaraan guru karena sering sekali berteriak tanpa tahu etika yang baik. Tapi itu tiga tahun yang lalu. dengan tak kenal lelah wali kelasnya berusaha mengingat dia supaya jadi lebih baik lagi seperti pesan orang tuanya ketika menerima rapor. Orang tuanya sengaja memasukkan Intha karena ingin dia lebih mengenal agamanya, begitu kata ibunya. Berbekal keinginan orangtuanya itu wali kelasnya berusaha agar intha menjadi anak yang baik, seperti keinginan orang tuanya.
Yang bisa diingat ketika awal smp nilainya juga tak terlalu baik. Pernah wali kelasnya sampai harus bertengkar dengan guru yang lain demi menyelamatkan nilainya dari akibat yang sangat buruk. TIDAK NAIK KELAS. Dengan susah payah melobby guru yang lain supaya ada tambahan nilai, akhirnya Intha naik kelas.
Di kelas dua, gayanya yang suka berteriak itu sudah mereda. walaupun beberapa guru sangat mengkritik keras Intha. Susah payah lagi wali kelasnya menjelaskan ke guru yang lain tentang gaya Intha, bahkan berani menyatakan ke kepala sekolah tentang perubahan Intha yang sangat baik, sehingga mendapat pujian. Di kelas dua ini wali kelasnya juga sengaja menampilkan dia di ASP supaya suaranya yang merdu dapat didengar para orang tua, siapa tahu aja ada produser rekaman yang tertarik, begitu pikir wali kelasnya.
Di penghujung akhir belajar, karena cita-citanya yang sangat diimpikan Intha, wali kelasnya kadang mendo'akannya supaya dia dapat lulus dengan nilai yang sangat baik. Bahkan sering sekali memberikan bimbingan tentang bagaimana mencapai cita-citanya. Itulah Intha
Blognya tak sengaja dibuka, karena ter-link dengan blog yang lain. Yang ada adalah cacian dan amarah yang sangat dari Intha tentang wali kelasnya. HEROT, ternyata dia begitu menyebut wali kelasnya, sembari menuduh sebagai penghasut. sebuah kata yang sangat menyakitkan dari seorang murid yang dibanggakan selama ini.
Dia tak pernah bertanya kenapa wali kelasnya meminta beberapa siswanya untuk mepertimbangkan kembali mengikuti ASP. Padahal hanya beberapa anak saja, yang memang sangat dikhawatirkan kesiapannya mengikuti UN, baik secara fisik, emosional, psikologis, anak-anak tersebut akan terganggu jika harus mengikuti jadwal latihan yang berdekatan dengan persiapan UN mereka. But, Inta never care. how sad that's the felling her homeroom teacher.

No comments: